Posted by : Unknown Selasa, 07 November 2017



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat  menyelesaikan makalah yang berjudul “Cara Kerja Ilmu-Ilmu (Alam, Sosial-Humaniora dan Agama” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Usman, SS, M.Ag selaku dosen Filsafat Ilmu atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.


      Yogyakarta, 09 Oktober 2017

Irhamna Addaafi’alqodiyah










DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I Pendahuluan 3
Latar Belakang 3
Rumusan Masalah 3
Tujuan 3
Bab II Pembahasan 4
Cara Kerja Ilmu-ilmu Alam 4
Cara Kerja Ilmu-ilmu Sosial-Humaniora 5
Cara Kerja Ilmu-ilmu Agama 7
Bab III Penutup 9
Kesimpulan 9
Daftar Pustaka 10









BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ilmu adalah usaha untuk mengetahui dan meningkatkan pemahaman manusia yang nantinya dapat untuk menerangkan suatu kondisi tertentu  dalam bidang pengetahuan. Kenyataannya hampir seluruh aktivitas manusia didampingi oleh ilmu. Cara kerja ilmu  tidak dapat berdiri sendiri, dalam memahami dan memecahkan masalah tidak hanya berdasarkan satu sudut pandang saja, melainkan harus dilihat dari berbagai sudut pandang lain yang kemudian saling melengkapi.
Pada masa ini banyak kritik dari para ilmuan dan akademisi yang mengarah pada integrasi dan interkoneksi antar disiplin-disiplin ilmu. Banyaknya ilmu yang terpisah dari nilai-nilai agama akibatnya ilmu secara arogan mengeksploitasi alam sehingga muncul berbagai kerusakan ekologis. Kesadaran ini telah mendorong ilmuan untuk melihat perbaikan ke arah integrasi dan interkoneksi.
Mengingat tingkat kebutuhan manusia sangatlah beragam maka berkembanglah berbagai disiplin-disiplin ilmu
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Cara Kerja Ilmu Alam
2.      Bagaimana Cara Kerja Ilmu Sosial-Humaniora
3.      Bagaimana Cara Kerja Ilmu Agama

Tujuan
Memahami cara kerja ilmu alam
Memahami cara kerja ilmu sosial-humaniora
Memahami caara kerja ilmu agama



BAB II
PEMBAHASAN

Cara Kerja Ilmu-ilmu Alam
Ilmu-ilmu alam membatasi diri dengan hanya membahasgejala-gejala alam yang dapat diamati. Ilmu-ilmu alam bekembang pesat dalam sejarah perkembangan ilmu-ilmu. sebelum filsafat muncul sebagai tradisi keilmuan baru, ilmu fisika, matematika, kimia, dan astronomi di Yunani Kuno telah lama diperbincangkan manfaat yang dapat dirasakan manusia. Ilmu-ilmu  alam sangatlah penting bagi kehidupan manusia khususnya untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan material dan praktis. Jika dilihat dari sifat objeknya, cara kerja ilmu alam dapat dirangkum dengan prinsip prisip berikut:

Gejala alam bersifat fisik-statis
Dilihat dari segi namanya, ilmu-ilmu alam berkaitan dengan gejala-gejala alam. Ahli ilmu-ilmu alam berhubungan dengan gejala gejala alam yang sifatnya fisik yang teramati dan terukur. Dari sifatnya yang fisikal,terukur dan teramati, gejala-gejala alam memiliki sifat statis atau tetap dari waktu ke waktu. Karena statis jumlah variabel dari gejala alam sebagai objek yang diamati juga relatif lebih sederhana dan sedikit.
Objek penelitian dapat berulang
Objek gejala alam itu sendiri bersifat fisikal dan statis yang mana dapat diamati secara berulang-ulang dan tetap atau tidak mengalami perubahan. P enemuan-penemuan ilmuan pada jaman terdahulu, namun masih dapat diteliti ulang pada jaman sekarang, karena sifat-sifat gejala alam seragam dapat diamati kapanpun.
Pengamatan relatif lebih mudah dan simpel
Lebih mudah karena dapat dilakukan secara langsung dan dapat diulang kapanpun.  Maksudnya apabila ada seseorang yang melakukan pengamatan pada suatu objek akan lebih mudah, dan pastinya pengamatan tersebut dibantu dengan alat-alat teknologi masa kini. Sehingga kapanpun seseorang akan mengamati kembali dapat diulang lagi meskipun nanti hasilnya berbeda dengan yang awal. Meskipun secara umum centerung seragam dan objektif.
Subyek (Peneliti) lebih sebagai penonton
Orang yang melakukan pengamatan pada suatu objek, bersifat objektif dan kebenaran dari objek yang diamati. Pengamat  memperlihatkan hasil pengamatannya terhadap orang lain, tidak melibatkan subjektivitasnya. Sehingga nyata dari hasil yang dilakukan oleh pengamat terhadap suatu objek tertentu.
 Memiliki daya prediktif yang relative mudah dikontrol
Ilmu tidak memiliki sifat yang menarik apabila hanya mengumpulkan informasi  tentang gejala-gejala alam  semata kemudian membangun teori, ilmu tersebut seharusnya diketahui dan dirumuskan dalam teori untuk meprediksi kejadian-kejadian yang mungkin dapat muncul.

Cara Kerja Ilmu-ilmu Sosial Humaniora
Ilmu-ilmu sosial humaniora perkembangnya  tidak sepesat ilmu-ilmu alam, ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Objek kajiannya lebih dibalik yang fisik dan materi dan bersifat lebih kompleks. Ilmu-ilmu sosial humaniora  nilai manfaatnya tidak dapat langsung dirasakan karena harus berproses dalam wacana yang panjang dan memerlukan negoisasi, kompromi, dan konsesus.
Jika dilihat dari sifat objeknya,cara kerja ilmu sosial humaniora bisa dirangkum dalam prinsip-prinsip berikut:

Gejala sosial humaniora bersifat non fisik, hidup, dan dinamis
Gejala-gejala yang diamati bersifat hidup dan bergerak secara dinamis
Objek gejala ini adalah manusia yang lebih spesifik, sehingga dalam memahami manusia kita membutuhkan interaksi. Namun dalam ilmu kedokteran lebih menekankan dari apa yang ada didalam manusia.
Objek penelitian tidak dapat berulang
Gejala-gejalanya memiliki keunikan dan bergerak dan berubahnya sangat besar. Dikarenakan objek penelitian tidak bersifat statis dan stagnan. Masalah sosial dan kemanusiaan sering bersifat sangat spesifik dalam konteks historis tertentu, karena dilihat dari historial yang ada mereka berkembang mengikuti arus. Sama halnya  dengan masalah yang bersifat kompleks dan terus berkembang.
Pengamatan relatif lebih sulit dan kompleks
Pengamatannya adalah apa yang ada dibalik penampakan fisik manusia dan bentuk-bentuk hubungan sosialnya. Berkaitan dengan objek yang tidak bersifat statis. Dimana pemaknaan terhadap sesuatu memunculkan banyak makna.  Sehingga pengamatannya jauh lebih kompleks.
Subjek pengamat (peneliti)  juga sebagai bagian integral dari objek yang diamati.
Subjek yang mengamati dan objek yang diamati adalah manusia yang memiliki motif dan tujuan dalam setiap langkah lakunya, maka subjek yang mengamati tidak mungkin bisa mengambil jarak dari objek yang diamati dan menerapkan prinsip objektivistik, dan terlihat lebih ke prinsip subjektivistik. Objeknya merupakan manusia itu sendiri, Sehingga mencari kebenaran data dari objek tersebut lebih sulit, karena objek dari permasalahan ialah manusia.
Memiliki daya prediktif yang relatif lebih sulit dan tak terkontrol
Suatu teori sebagai hasil pengamatan sosial humaniora tidak serta merta bisa dengan mudah untuk memprediksikan kejadian sosial humaniora berikutnya pasti akan terjadi. Hal ini dikarenakan dalam ilmu sosial humaniora, pola-pola perilaku sosial humaniora yang sama belum tentu akan mengakibatkan kejadian yang sama.
Maksudnya adalah tidak dapat memprediksikan apa yang akan terjadi kedepannya, karena objeknya merupakan manusia. Sehingga kejadian-kejadian sosial terhadap masalah tersebut relatif.

Cara Kerja Ilmu-ilmu Agama
Ilmu-ilmu agama adalah juga suatu disiplin ilmu yang penting dalam kehidupan manusia. Barangkali ia berkembang sejak jaman dulu ketika manusia dihadapkan pada kekuatan-kekuatan adikodrati sebagai simbol spiritual. Oleh karena itu, ilmu-ilmu agama juga memiliki ciri ilmiah, dan sudah pasti ciri ilmiahnya memiliki kekhasan dibandingkan ilmu alam dan ilmu sosial humaniora, meski dalam tingkatan tertentu menunjukkan suatu kesamaan. Ciri tersebut tergambar pada cara keraja ilmu agama di bawah ini:
Gejala Keagamaan sebagai Ekspresi Keimanan dan Pemahaman atas Teks Suci
Gejala keagamaan jelas tampak pada perilaku-perilaku keagamaan orang beragama, dan pada karya-karya seni dan budaya meski intinya juga ekspresi dari penghayatan keagamaan orang beragama. Gejalanya  merupakan sesuatu yang bergerak, tidak statis. Dalam ilmu keagamaan, gejala keagamaan selalu merupakan ekspresi dari keimanan dan pemahaman dari keagamaan. Objek kajian dalam ilmu agama tidak jauh beda dengan objek ilmu sosial humaniora, yaitu manusia. Tetapi dalam ilmu agama lebih spesifik lagi yang , yaitu manusia beragama dan lebih fokus pada inner worldnya yang sudah pasti yang dimaksud di sini adalah aspek keimanan teologisnya, seperti paham ketuhanannya dan implikasinya pada perilaku sosial kemanusiaannya, dan pemahaman keagamaan yang dibangun oleh manusia beragama.
Objek Penelitian Unik dan Tak Bisa Diulang
Objek penelitian unik karena menyangkut keyakinan keagamaan. Keyakinan keagamaan dalam ilmu agama dijadikan sumber pengamatan mengapa muncul perilaku sosial orang tertentu beragama. Ini berarti yang menjadi objek penelitian ilmu-ilmu agama adalah menyangkut perilaku orang yang beragama dan juga teks-teks suci keagamaan yang diyakini orang beragama. Sebagaimana tercermin dalam perilaku keagamaan orang beragama pada kurun waktu dan tempat tertentu tidak mungkin bisa direkonstruksikan orang sesudahnya persis kejadian pada awalnya. Jelas berbeda dengan mengamati benda-benda mati.
Pengamatan Sulit dan Kompleks dengan Interpretasi Teks-teks Suci Keagamaan
Pengamatan dalam ilmu agama sulit dan kompleks, karena melihat dan memaknai apa yang ada dibalik kegiatan dan perilaku fisik dan empiris manusia beragama. Karena kegiatan tersebut adalah bentuk ekspresif dari keimanan mereka pada Tuhan sebagai hasil pemahaman mereka terhadap teks-teks suci yang diyakini , pengamatan dalam ilmu agama juga harus “menyelami” dan menginterpretasikan item-item dalam teks-teks suci terkait dengan fenomena kegiatan dan perilaku manusia beragam yang bisa ditangkap.
Subjek Pengamat juga sebagai Bagian Integral dari Objek yang Diamati
Pengamat dalam ilmu agama tidak bisa dilepaskan dan merupakan bagian integral dari objek yang diamati adalah aktivitas-aktivitas keagamaan. Bahkan ketika mengkaji teks-teks keagamaan hasil interpretasi atas teks-teks suci, seorang pengamat pasti juga terlibat secara emosonal dan rasinal dala memahami dan menyimpulkan makna mereka.
Memiliki Daya Prediktif yang Relatif Lebih Sulit dan Tak Terkontrol
Sebuah teori sebagai hasil pengamatan terhadap aktivitas-aktivitas keagamaan tidak serta merta bisa dengan mudah meramalkan aktivitas-aktifitas keagamaan lainnya yang akan terjadi. Hal ini dikarenakan dalam ilmu agama, pola-pola perilaku keagamaan yang sama belum tentu akan mengakibatkan kejadian-kejadian berikutnya yang sama. Meskipun demikian, bukan berarti hasil temuan dalam ilmu agama tidak bisa dipakai sama sekali untuk meramalkan kejadian-kejadian yang bersifat religius lain sebagai akibatnya dalam waktu dan tempat yang berlainan, tetap bisa tetapi tidak mungkin sepasti dan semudah dalam ilmu-ilmu alam. Dalam ilmu agama harus dipertimbangkan keragaman dan pemahaman orang-orang beragama terhadap ajaran agama mereka, dan hal ini menambah daya prediktif ilmu-ilmu agama semakin sulit untuk dipastikan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Cara kerja ilmu yang telah dibahas oleh tersebut memberikan pandangan berbeda terhadap suatu bidang ilmu secara berbeda. Setiap disiplin ilmu mempunyai cara kerja yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, perbedaan itu bisa dilihat dari objek yang diamati dan kebenarannya dalam mengkaji objek kajian tersebut. Sehingga, pengubahan pandangan dan cara berfikir mulai muncul. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan tujuan dari ilmu itu sendiri. Ilmu-ilmu ini tidak dapat berkembang secara sendiri, tetapi juga membutuhkan pelengkap dari ilmu-ilmu lain. Ilmu-ilmu lain melengkapi antara keterkaitan tersebut.
Dalam ilmu alam, objek yang dikaji adalah benda mati, pengamatannya bisa dilakukan berulang-ulang dan kebenarannya bisa dilihat pada sebuah penelitian yang dilakukan. Lain halnya dengan ilmu sosial humaniora, karena objek yang dikaji adalah manusia yang mana bisa berubah-ubah dalam setiap waktunya, sehingga kebenarannya tidak hanya bisa dilihat dari sebuah pengamatan karena manusia sendiri sebagai objek kajian dalam ilmu sosial humaniora dalam melakukan aktivitasnya mempunyai arti yang bervariasi, sehingga hasil pengamatannya menghasilkan beberapa hasil yang bervariasi juga. Berbeda juga dengan ilmu agama, yang dikaji adalah melihat dan memaknai apa yang ada dibalik kegiatan dan perilaku fisik dan empiris manusia beragama. Karena kegiatan tersebut adalah bentuk ekspresif dari keimanan mereka pada Tuhan. Dimana objek membutuhkan cara kerja ilmu-ilmu tersebut








DAFTAR PUSTAKA

Ghazali Bachri, Usman dan Alim Ruswantoro. 2005. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Jujun S. Suriansumantri. 2012. Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, cet. Ke-18. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia.



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Irhamna Addaafirst - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -