UPT PTIPD UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Kaji Ulang Tata Kelola IT, Didampingi Tenaga Ahli dari German Melalui Program SES

UIN Sunan Kalijaga kembali bekerjasama dengan Senior Experten Services (SES). Setelah sebelumnya dilaksanakan di Fishum, Saintek, dan Tarbiyah, kali ini Program SES dilaksanakan di Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD) yang akan berfokus pada Sistem IT UIN Sunan Kalijaga agar berjalan lebih efisien. Dengan adanya pendampingan SES ini juga diharapkan pelayanan dalam bidang IT menjadi lebih maksimal sehingga bisa merealisasikan cita-cita Universitas.
Menurut Kepala PTIPD UIN Sunan Kalijaga, Dr. Shofwatul ‘Uyun,S.T.,M.Kom., Program SES di PTIPD didampingi oleh Dr.Ing. Hendro Wicaksono, dosen dan peneliti Institute for information management in Engineering Karlsruhe Institute of Technology Germany. Dr.Ing. Hendro Wicaksono mendapatkan gelar doctoral di Karlsruhe Institute of Technology (KIT). Pengalaman Dr. Hendro di bidang pengembangan teknologi di bidang IT antara lain; pernah bargabung di Forschungszentrum Informatik (FZI) yang bergerak di bidang Riset Center tentang teknologi informasi, menjadi konsultan di Hewlett-Packard, EDS dan Itellium systems, selain itu juga telah melakukan pendampingan untuk visiting profesor di Universitas Airlangga dan sampai sekarang bekerja sebagai group leader di Karlsruhe Institute of Technology (KIT).
Shofwatul ‘Uyun menambahkan, Kegiatan SES diawali dengan kegiatan FGD yang dilaksanakan di ruang PTIPD, kampus UIN Sunan Kalijaga, 4/12/ 2017. Hasil FGD antara PTIPD dengan Dr. Hendro kemudian menghasilkan prioritas output yang akan menjadi fokus utama dari kegiatan SES, diantaranya melakukan pendampingan sebagai konsultan untuk master plan pengembangan IT, Proses Bisnis dan Evaluasi Pelayanan IT, konsultan tentang cara belajar dan metode pembelajaran di kelas dan laboratorium, konsultan untuk managemen riset dan pembangunan riset center di UIN Sunan Kalijaga, Kuliah umum dan seminar tentang berbagai hal terkait bidang IT, diharapkan dalam pelaksanaannya ada perbaikan untuk lebih difungsikan dan dikelola secara optimal.
Hal tersebut didasarkan pada paparan Dr. - Ing Hendro, yang antara lain menyampaikan, dalam proses optimasi TI memerlukan beberapa hal yang harus dilakukan. Misalnya saja mekanisme dan alur dalam pengembangan (Development) yang harus dilakukan mulai dari tahap pengembangan. Testing (Quality Assurance) sampai Produksi (Production Stage). Agar tidak mengganggu sistem yang berjalan, diperlukan manajemen dalam realease deployment. Untuk pengembangan sistem, penjadwalan bisa menggunakan realease management. Kemudian pada proses development bisa menerapkan source management untuk mendokumentasikan source code.
Menurut Shofwatul ‘Uyun, forum ini menghasilkan poin-poin yang berkaitan dengan optimasi pada bagian masing-masing. Pada bagian database bisa dilakukan optimasi dengan menggunakan load balancer serta mekanisme manajemen database. Sedangkan untuk optimasi gambar dan konten-konten statis dengan menggunakan cache.
Kedepannya diharapkan adanya alur test (testing plan) terhadap sistem yang akan memasuki proses produksi (live) dan mekanisme stress test terhadap modul yang sekiranya akan mengalami gangguan ketika berada pada proses produksi (Weni-Humas)

http://uin-suka.ac.id/id/web/liputan/detail/141/upt-ptipd-uin-sunan-kalijaga-yogyakarta-kaji-ulang-tata-kelola-it

Posted by : Unknown 0 Comments
MAKALAH PESERTA DIDIK
Diajukan sebagai
Tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu :
Drs. Sabarudin, M.Si


Disusun oleh :
Kholifia Nadhifah                            17104010088
Dewi Ainin                                        17104010089
Bella Ayu Nurhalizah                      17104010090
Bambang Bahrul Ulum                   17104010091
Irhamna Addaafi’alqodiyah       17104010092


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan HidayatNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita semua Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nati-nantikan SyafaatNya di Yaumul Kiyamah nanti. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Imu Pendidikan, dalam makalah ini kami membahas mengenai “PESERTA DIDIK”. Terima lupa kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

                                                                                        Yogyakarta, 21 Oktober 2017


                                                                                                          Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mendidik adapun objek yang dididik adalah peserta didik, peserta didik adalah seseorang anak manusia yang mengalami proses pendidikan, setiap peserta didik memiliki metode pembelajaran yang berbeda-beda dikarenakan banyak faktor yang mereka miliki.
Setiap peserta didik mempunyai kriteria dan prinsip pengembangan diri yang berbeda-beda, peserta didik yang baik harus memiliki jati diri yang baik karena dapat menunjang proses pendidikan itu sendiri.
Proses pendidikan mempunyai berbagai perencanaan pembelajaran yang berbeda-beda yang mana setiap perencanaan mempunyai aspek yang berbeda pula.

      2.   Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud peserta didik?
Bagaimana karateristik dan perkembangan peserta didik?
Apa saja aspek-aspek perkembangan peserta didik?
Bagaimana perencanaan pembelajaran bagi peserta didik?

Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui hakikat peserta didik
Agar mahasiswa mengetahui karateristik peserta didik
Agar mahasiswa mengetahui aspek-aspek perkembangan peserta didik
Agar mahasiswa mengetahui perencanaan pembelajaran bagi peserta didik

BAB II
PEMBAHASAN


1. Peserta Didik
Pesrta didik adalah seorang anak manusia yang mengalami proses pendidikan. Ia selalu mengalami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal dengan proses perubahan-perubahan secara wajar. Untuk menentukan kriteria secara tepat siapa dan bagaimana yang dapat disebut peserta didik, perlu ditentukan terlebih dahulu dari sudut pandang mana kita akan mendefinisikan pengertian dari peserta didik.
Ada sebagian orang mendefinisikan pengertian peserta didik berdasarkan kriteria umur ada pula berdasarkan kriteria kemampuan belajar, tingkat kedewasaan, dan bahkan adapula yang memberi definisi pengertian peserta didik berdasarkan perkembangan jasmaniah seseorang. Setiap deinisi pengertian istilah peserta didik, selalu didasarkan pada dasar pemikiran atau argumen tertentu, dan hal tersebut tidak dapat disalahkan.
2. Karakteristik dan Perkembangan Peserta Didik
Karakteristik Perkembangan Sebelum Remaja
Masa orok dan bayi
Masa orok disebut masa perinatal dan neonatal. Pada masa perinatal dan neonatal pada fase ini berat dan panjang bayi nornal sekitar 3,5 kg dan 50 cm dengan ukuran kepala yang tidak proporsional yakni sekitar 25% dari panjang badan. Perkembangan otak bayi sampai usia dua tahun  sangat cepat dan mencapai ¾ dari berat otak manusia dewasa. Inteligensi bayi mulai berfungsi sejak tahun pertama dengan sejumlah perilaku jasmaniah seperti duduk, merangkak dan mengucapkan kata-kata. Emosi bayi lebih banyak  dipengaruhi oleh perasaan  senang/suka dan tidak senang/tidak suka terhadap stimulus yang ada.
Masa pra-sekolah & masa sekolah
Fase perkembangan pra-sekolah berlangsung antara usia dua hingga enam tahun saat manusia mulai menyadari dirinya sebagai laki-laki atau perempuan. Inteligensi fase ini termasuk dalam periode pre-operational dengan kemampuan berfantasi dan berimajinasi, bukan dengan operasi mental yang logis. Fase ini mudah diliputi perasaan takut, cemas, marah, cemburu, gembira, kasih sayang dan perasaan ingin tahu.
Setelah mengalami perkembangan fase pra-sekolah, anak akan mengalami perkembangan masa sekolah atau masa usia SD/MI, yakni pada umur enam atau tujuh tahun hingga 12 tahun. Pada fase ini anak mengalami masa peka untuk mereaksi stimulus intelektual sekaligus siap melaksanakan tugas-tugas belajar.
Karakteristik Perkembangan Masa Remaja
Anak akan mengalami fase ini antara usia 12 hingga 21 atau 22 tahun. Remaja peserta didik MTs/SMP termasuk fase perkembangan remaja awal (usia 12-15 tahun) yang sering disebut ABG. Inteligensi para remaja peserta didik MTs/SMP berkembang lebih maju dan komprehensif dibanding dengan anak usia MI/SD, karena mereka telah sampai pada tahap perkembangan kognitif yang disebut Piaget sebagai formal-operational.
Karakteristik Perkembangan Masa Dewasa
Manusia mulai mencapai masa kedewasaan (adulthood) yang meliputi masa dewasa awal (early adulthood) dan masa setengah baya (middle age). Masa dewasa awal biasanya berlangsung antara usia 21 atau 22 hingga 40 tahun, sedang masa setengah baya berkisar antara usia 40 sampai 60 tahun diantara tanda-tanda kedewasaan mereka ialah sikap tenang dan istiqamah pada pendirian serta bijaksana dalam berpikir dan berbuat baik.
Prinsip-Prinsip Perkembangan Peserta Didik
Secara umum perkembangan manusia termasuk perkembangan peserta didik “taat” akan prinsip-prinsip umum perkembangan. Anita Woolfolk dalam bukunya yang masih tergolong baru Educational Psychology (2010). Mengemukakan tiga prinsip umum perkembangan yang terurai sebagai berikut:
People develop at different rate (manusia berkembang dengan kecepatan yang berbeda).
Development is relatively orderly (perkembangan pada umumnya teratur).
Development takes place gradually (perkembangan berlangsung secara bertahap).

3. Aspek-Aspek Pekembangan Peserta Didik

A. Aspek Jasmani dan Inteligensi
1. Aspek Jasmani
Aspek jasmani atau fisik merupakan aspek yang paling awal berkembang dalam diri manusia. Fisik manusia adalah sistem organ yang rumit dan memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan organisme-organisme lainnya baik kuantitas maupun kualitas.
Menurut para ahli, aspek-aspek sistem organ manusia yang berkembang sejak dalam rahim ibunya hingga akhir hayat meliputi:
Sistem syaraf; yaitu sub-sistem organ yang sangat halus dan berperan penting bagi perkembangan kecerdasan dan perasaan.
Otot-otot; yaitu sub-sistem organ yang memengaruhi kekuatan fisik dan keterampilan-keterampilan motorik.
Kelenjar endokrin; yaitu kelenjar yang memproduksi hormon yang disalurkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Kelenjar endokrin menghasilkan hormon-hormon yang berpengaruh terhadap perkembangan.
Perkembangan struktur jasmani; yaitu perubahan tinggi dan berat badan serta proporsinya.
 Otak memiliki 100 miliar sel syaraf, dan setiap sel syaraf memiliki 300 saluran
hubungan dengan sel syaraf lainnya. Otak terdiri atas 2 bagian besar, yaitu; 1) bagian atas yang yang disebut cortex atau neocortex, 2) bagian bawah yang disebut medulla.
   2. Aspek Inteligensi
Inteligensi atau kecerdasan manusia berkembang sesuai dengan fase-fase perkembangan manusia. Inteligensi adalah kemampuan kognitif manusia yang dapat dikatakan sebagai kecerdasan atau kecerdasan akal.
B. Aspek Emosi dan Bahasa
   1. Aspek Emosi
Emosi adalah perasaan jiwa yang meliputi perasaan bahagia, perasaan duka, perasaan cinta/suka, perasaan benci/tidak suka, dsb. Perkembangan emosi banyak dipengaruhi oleh perkembangan fisik sistem syaraf yang terdapat dalam otak. Banyak pola ekspresi emosipesertadidik di antaranya yang paling lazimialahemosi yang berpola: takut/cemas, marah, suka, danbenci. Pola-polaemosiinimerupakanresponsterhadap stimulus tertentu, misalnyaperilaku orang-orang disekitarnya.Dalam activation theory (teoripengaktifan), emosimunculkarenapekerjaan yang terlalukeras yang dilakukanoleh system syaraf di otak.
   2. Aspek Bahasa
Pada usia antara satu tahun enam bulan sampai dua tahun, perkembangan bahasa anak mulai muncul. Hal ini ditandai dengan ekspresi kalimat sederhana dan singkat yang terdiri atas dua atau tiga kata. Namun, perkembangan kemapuan berbahasa/berbicara seorang anak tidak lepas dari fungsi otak anak itu sendiri.
C. Aspek Kepribadian dan Sosial
   1. Aspek Kepribadian
Kepribadian pada dasarnya merupakan kesatuan atau sistem psiko-fisik seseorang yang khas yang menentukan cara tertentu dalam merespons atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kepribadian juga dapat dipandang sebagai mutu perilaku individu yang tampak dalam menyesuaikan diri secara unik dengan lingkungannya. Banyak faktor yang dapat memengaruhi kepribadian peserta didik, namun yang paling signifikan ialah:
1) faktor fisik peserta didik,
2) faktor kecerdasan
3) faktor keluarga
4) faktor kawan sebaya.
   2. Aspek Sosial
Perkembangan aspek sosial artinya proses perubahan seseorang dalam mencapai kematangan untuk berhubungan sosial/bermasyarakat. Anak dilahirkan tanpa kemampuan berhubungan sosial. Lama kelamaan, seiring dengan perkembangan psiko-fisiknyaanak itu belajar menyesuaikan diri dan merespons lingkungan sosial. Kedua orang tua dan guru merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi perkembangan sosial peserta didik. Pendidikan yang berlangsung secara formal maupun informal memiliki peranan penting dalam mengembangkan psikososial peserta didik. Perkembangan psikososial merupakan proses perkembangan kepribadian peserta didik selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain.
 D. Aspek Moral dan Keberagamaan
   1. Aspek Moral
Perkembangan moral dalam hal ini berarti pembentukan dan pematangan pemahaman mengenai benar dan salah di kalangan anak-anak sejalan dengan perkembangan kognitif mereka. Perkembangan aspek moral peserta didik pada umumnya dianggap sebagai perkembangan aspek sosialnya juga. Alasannya, perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku sosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral peserta didik:
Sikap dan perilaku orang tua.
Konsistensi orang tua dalam mendidik anak.
Ketaatan orang tua terhadap norma-norma yang dianut seperti norma agama dan norma hukum yang berlaku.
   2. Aspek Keberagamaan
Disamping aspek sosial dan moral, peserta didik juga mengalami perkembangan jiwa keagamaan yang mencakup kesadaran beragama dan ketaatan peserta didik terhadap agama yang dianutnya. Jiwa keagamaan merupakan naluri fitrah dan berkembang seiring dengan perkembangan psiko-fisik peserta didik dan pengaruh lingkungnnya. Perkembangan keberagamaan peserta didik dapat memengaruhi perkembangan psikososial dan moralnya, karena banyak norma keagamaan yang menjadi acuan orang dalam bersikap dan berperilaku sosial. Selain itu norma keagamaan (terutama Islam) juga mengandung ajaran moral sebagaimana yang tercermin dalam pelajaran akhlak. Merosotnya moral suatu bangsa terjadi saat institusi keagamaan kehilangan pengaruh dan kekuatannya sehingga kekuatan moralitas terlepas dari perilaku. Oleh karenanya, pendidikan agama seharusnya diperkuat agar tetap berpengaruh dan mewarnai karakter dan perilaku peserta didik.
4. Kriteria Perencanaan Pembelajaran yang sesuai Karakteristik Peserta Didik

A.     Perencanaan Pembelajaran bagi Anak Usia SD  
Karakteristik anak usia Sekolah Dasar adalah senang bermain, selalu bergerak, bermain atau bekerja dalam kelompok dan senantiasa ingin melaksanakan dan/atau merasakan sendiri.     Berdasarkan karakteristik di atas, perencanaan pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut:
1.   Senang bermain, Guru SD hendaknya merancang model pembelajaran yang ada unsur permainannya tetapi tetap menunjukkan kesungguhan dan keseriusan dalam pembelajaran. Penyusunan jadwal pelajaran diselang-seling antara pelajaran yang serius dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan.
2.   Senang bergerak, Guru SD hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk berpindah atau bergerak.
3.  Senang belajar dalam kelompok, Guru SD hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja/belajar dalam kelompok.
4.   Senang melakukan sesuatu secara langsung, Guru SD hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

B.     Perencanaan Pembelajaran bagi Anak Usia Sekolah Menengah  
Karakteristik anak usia sekolah menengah adalah pada perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik, perkembangan bahasa dan perilaku kognitif, perkembangan perilaku sosial-moralitas dan religius, serta perkembangan perilaku afektif-konatif dan kepribadian.     Berdasarkan karakteristik di atas, perencanaan belajar dapat dilihat sebagai berikut:
1.     Karakteristik Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik
        Perkembangan      Perkembangan fisik pada usia remaja berlangsung sangat cepat. Pada masa ini tumbuh ciri-ciri sekunder dari perkembangan remaja
Perilaku psikomotorik pada usia remaja menunjukkan gerakan-gerakan yang canggung dan kurang terkoordinasikan. Pada masa ini, perkembangan remaja putra dengan remaja putri berbeda. Hal ini menyebabkan terjadinya kecanggungan bergaul di antara mereka.
Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, seorang pendidik seyogyanya menerapkan satu model pendidikan yaitu memisahkan laki-laki dengan wanita pada saat menjelaskan tentang anatomi dan fisiologi manusia, supaya anak lebih bebas untuk bertanya mengenai perkembangan dirinya.
2.     Karakteristik Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif
Pada usia remaja tumbuh keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing, tetapi terkadang tidak diimbangi oleh usaha yang sungguh-sungguh sehingga menyebabkan remaja tersebut membenci pelajaran bahasa asing dan bahkan membenci gurunya. Untuk itu, dalam pembelajaran di sekolah, seorang guru bahasa asing harus memiliki kearifan untuk memahami kemampuan remaja secara individual.
Dalam hal perkembangan kognitif, siswa sekolah menengah telah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal. Kecakapan intelektual umum menjalani laju perkembangan yang terpesat dan kecakapan khusus (bakat) menunjukkan kecenderungan arah perkembangan yang  lebih jelas.
Dari karakteristik tersebut, seorang guru hendaknya menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual siswa sekolah menengah. Misalnya dengan membuat kelompok antara siswa-siswa yang unggul dengan yang lambat. Siswa-siswa yang unggul memberi bimbingan kepada siswa-siswa yang lambat (semacam tutor dan bimbingan teman sebaya).
3.     Karakteristik Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan
Karakteristik perilaku sosial siswa sekolah menengah adalah ingin bebas dari pengaruh orang tua, tetapi lebih bergantung kepada kelompok sebayanya. Apabila ketergantungan ini tidak diarahkan secara positif, maka dapat menyebabkan terjadinya  kenakalan remaja.
Dalam aspek pemahaman moral, usia remaja adalah usia yang kritis untuk mengjaji kaidah-kaidah, nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari orang dewasa.
Serta perkembangan aspek keagamaan pada usia remaja adalah memasuki masa skeptis dan kritis. Mereka mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhannya, berupaya mencari dan mencoba menemukan pegangan hidupnya.
Dari karakteristik di atas, pendidikan hendaknya  dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar yang positif, misalnya dengan mengaktifkan kegiatan kepramukaan, keolahragaan, dan lain sebagainya. Selain itu, sekolah harus meningkatkan hubungannya dengan orang tua siswa dan dengan lembaga di masyarakat.
4.     Karakteristik Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian
Memasuki sekolah usia menengah, reaksi dan ekspresi emosi siswa masih labil dan belum terkendali, serta sering berubah dengan cepat.
Karakteristik ini menuntut pemberian contoh perilaku keteladanan dari orang tua, pendidik, dan tokoh-tokoh idola anak usia sekolah menengah. Oleh karena itu, guru hendaknya memberi oeluang siswa untuk belajar bertanggung jawab.

C.     Perencanaan Pembelajaran bagi Usia Dewasa
Pada orang dewasa terdapat penurunan kemampuan fisik, sehingga cara belajar orang dewasa berbeda dengan kedua kelompok sebelumnya. Pada orang dewasa hendaknya pembelajaran ditujukan pada menemukan sendiri, terutama dalam mencari solusi terhadap suatu masalah. Di samping itu belajarnya diarahkan pada kemampuan berpikir konsep, dan model pendidikannya hendaknya memadukan antara pendidikan formal dan di luar sekolah.
D.     Perencanaan Pembelajaran bagi Anak Berkelainan Fisik dan Psikis
Pembelajaran bagi anak-anak berketidakmampuan ditempatkan dalam kelas-kelas terpisah dengan pembelajaran dan guru-guru yang sudah terlatih secara khusus, sehingga anak-anak tersebut dapat mencapai kemajuan.
E.    Modifikasi Tugas-Tugas Disesuaikan dengan Kemampuan dan Gaya Belajar Siswa
Tugas-tugas yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan kesiapan para siswa dan disesuaikan dengan gaya atau model belajar siswa, karena kemampuan setiap siswa berbeda-beda.



BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setiap peserta didik mempunyai kriteria dan prinsip pengembangan diri yang berbeda-beda. Oleh karena itu, seorang pendidik harus mempunyai kemampuan kompleks. Seorang pendidik harus mampu menetapkan  dan memilih strategi pembelajaran secara tepat, yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi pembelajaran yang sedang dihadapi  dan dilaksanakan di kelasnya, sehingga rencana pembelajaran tetap bisa dilaksanakan dan mencapai tujuan pembelajaran bagi peserta didiknya secara efektif dan efisien, dengan melibatkan secara aktif peserta didiknya.
2. Saran
Makalah ini merupakan karya yang di susun oleh kami dan sudah tentu jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang budiman, supaya kami bisa memperbaiki karya-karya kami selanjutnya


DAFTAR PUSTAKA

Muliawan, Jasa Ungguh. Epistemologi Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Syah, Muhibbin. 2014. Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sumantri, Mulyani. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Syah, Muhibbin. 2016. Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. (Cetakan ke-2). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Makalah Ilmu Pendidikan "PESERTA DIDIK"

Posted by : Unknown 0 Comments

Seni Melipat Curhat
Irhamna Addaafi’alqodiyah

Judul Buku : Origami Hati
Penulis : Boy Candra
Penyunting : Dian Nitami
Penyunting Akhir: Agus Wahadyo
Desainer Cover : Budi Setiawan
Penata Letak : Didit Sasono
Ilustrasi         : Olvyanda Ariesta
Penerbit         : Mediakita
Tahun Terbit : 2017
Cetakan Ke- : 1
Tebal Buku :  iv + 296 hlm
Harga Buku : Rp. 70.000,00

“Karena mencintai tidak perlu meminta ia melupakan masa lalunya.”
Demikian kalimat pembuka dari Origami Hati sebuah novel yang ditulis oleh Boy Candra, beliau tinggal di Padang, Sumatera Barat lahir pada 21 November 1989 seorang penulis muda yang masih produktif hingga kini. Namanya kian melejit usai novel pertamanya yang laris di hati para pecinta novel. Melalui pengalamannya, mulai dari jatuh cinta, patah hati, dan segala perjalanan asmaranya tersampaikan dalam novel-novelnya yang menarik. Tak heran jika banyak yang mengutip kata-kata dalam novel ini.

Novel ini menceritakan seorang gadis yang terluka hatinya saat ditinggalkan oleh sang kekasih, ia menuangkan segala keluh kesahnya ke dalam origami hati. Beruntung gadis itu memiliki seorang sahabat yang tulus menyayanginya dan membantunya dalam melupakan masa lalunya. Gadis itu diajak untuk mengikuti suatu organisasi dan bertemu dengan sosok laki-laki yang menurutnya aneh, namun perlahan-lahan membuat jiwanya tenang. Mereka berdua menikmati senja, dan tempat-tempat hebat yang jarang ditemukan orang-orang pada umumnya. Pada akhirnya mereka saling mencintai, namun saat cinta mereka tengah bersemi kekasih gadis itu ingin kembali meminta hatinya dan gadis itu bimbang karena sebenarnya masih merindukan sosok kekasih lamanya.

Kelebihan dari buku ini cocok dibaca oleh kalangan remaja karena isi buku sepenuhnya dekat dengan romansa anak muda dengan tema percintaan, patah hati dan move on. Cover buku ini simple dan menarik, beberapa layout dikemas dengan halaman ilustrasi dan kutipan yang mengesankan. Penyisipan kutipan-kutipannya sangat menarik, sehingga menimbulkan minat baca. Pemilihan katanya juga  sangat tertata dan menimbulkan rasa penasaran di dalam ceritanya.

Namun, disisi lain novel ini juga terdapat kekurangan. Terdapat kata-kata yang tidak efektif juga pemborosan kata serta banyak kalimat yang berulang. Alurnya campuran yang terkadang membingungkan para pembaca. Novel “Origami Hati”menyampaikan kisah yang sederhana namun terasa istimewa. Banyak pelajaran tentang cara menyikapi masa lalu yang selalu mudah dikenang namun sulit untuk dilupakan. Maka dari itu pembaca harus mengambil sisi positif yang terkandung dalam novel ini.

SENI MELIPAT CURHAT (Resensi Origami Hati Boy Candra)

Posted by : Unknown 0 Comments

OLEH : IRHAMNA ADDAAFI’ALQODIYAH

PENGANGGURAN
Mana ada sesuatu yang tak kau lupakan
Mana ada sesuatu yang tak kau hilangkan
Kehampaan itu hanyalah hampa
Kekosongan itu hanyalah kosong

Tak bisakah kau yakinkan?
Tak bisakah kau bangkit?
Apakah kau hanya akan memandang?
Tak bisakah kau?

Entah...
Jawaban apa yang dapat kau temukan?
Jawaban apa yang dapat kau simpulkan?
Jawaban apa yang dapat kau katakan?


BERKOBARLAH PILU
Setitik air dimata
Setitik air ditubuh
Setitik warna merah dilutut
Setitik warna merah disiku

Tiada cipta yang tak diciptakan
Tiada arti jika tak dapat diartikan
Tiada guna jika tak digunakan
Tiada temu jika tak dapat ditemukan

Kepedihan bertabur benih
Kesengsaraan bertabur luka
Jerit pahit bertabur pilu
Hanya luka yang membayang-bayang

Dalam lelah bertemunya matahari
Dalam letih bertemunya bulan
Hanya untuk dirimu
Hanya untuk kebahagiaanmu


KUMOHON BERHENTILAH... (STOP BULLYING)
Suara batinmu menyiksa
Suara lisanmu menyakitkan
Apapun yang kau keluarkan
Apapun yang kau katakan

Sejenak apakah kau dapat berpikir?
Sedetik apakah kau tak dapat merenung?
Sedikit apakah tak dapat kau sesali?
Sejenak saja sedetik saja sedikit saja

Apakah kau sudah tumbuh dewasa?
Apakah kau sudah dapat melihat?
Apakah kau mempunyai hati?
Apakah kau mempunyai rasa?

Rakyat kecil yang kau tindas
Orang cacat yang kau hempas
Kasta rendah yang kau tebas
Orang tak berdaya kau kupas

Kasih sayang yang telah kau ubah
Dosa besar yang telah kau tambah
Dengan uang kaupun berebah
Kumohon berhentilah....

Mereka tak mengusik hidupmu
Mereka tak merampas waktumu
Mereka ingin sama...
Hanya ingin sama...

SAHABAT  AWAL
Seperti embun berbalut sutera
Seperti kasih yang selalu terpana
Seperti cahaya yang berbeda
Seperti cinta...

Walau lelah kau tetap bertahan
Walau sakit tak kau katakan
Walau menangis kau sembunyikan
Walaupun luka....

Tempatku mengadu luka
Tempatku bercerita segalanya
Tempatku tertidur
Tertidur dipangkuannya


HARAPAN YANG NANTI KAU  TUANG
Ketika ombak dilautan bertepi
Apakah ikan dilaut nian menepi?
Jika alam hanya untuk kesenangan manusia
Apalah daya mereka yang bukan manusia

Apakah mereka tak dapat diberi kesempatan?
Apakah mereka tak diijinkan?
Menikmati ciptaan Tuhan
Seperti manusia

Tumpah ruah daratan bumi
Kian tinggilah lautan samudra
Pohon-pohon bertiduran
Sungaipun menyelimuti

Entah apakah yang akan kau tuah..
Akankah bumi menjadi langit?
Akankah langit menjadi bumi?
Akankah tertanam sebuah titik?

PUISI MILIKKU..

Posted by : Unknown 0 Comments


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat  menyelesaikan makalah yang berjudul “Cara Kerja Ilmu-Ilmu (Alam, Sosial-Humaniora dan Agama” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Usman, SS, M.Ag selaku dosen Filsafat Ilmu atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.


      Yogyakarta, 09 Oktober 2017

Irhamna Addaafi’alqodiyah










DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I Pendahuluan 3
Latar Belakang 3
Rumusan Masalah 3
Tujuan 3
Bab II Pembahasan 4
Cara Kerja Ilmu-ilmu Alam 4
Cara Kerja Ilmu-ilmu Sosial-Humaniora 5
Cara Kerja Ilmu-ilmu Agama 7
Bab III Penutup 9
Kesimpulan 9
Daftar Pustaka 10









BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ilmu adalah usaha untuk mengetahui dan meningkatkan pemahaman manusia yang nantinya dapat untuk menerangkan suatu kondisi tertentu  dalam bidang pengetahuan. Kenyataannya hampir seluruh aktivitas manusia didampingi oleh ilmu. Cara kerja ilmu  tidak dapat berdiri sendiri, dalam memahami dan memecahkan masalah tidak hanya berdasarkan satu sudut pandang saja, melainkan harus dilihat dari berbagai sudut pandang lain yang kemudian saling melengkapi.
Pada masa ini banyak kritik dari para ilmuan dan akademisi yang mengarah pada integrasi dan interkoneksi antar disiplin-disiplin ilmu. Banyaknya ilmu yang terpisah dari nilai-nilai agama akibatnya ilmu secara arogan mengeksploitasi alam sehingga muncul berbagai kerusakan ekologis. Kesadaran ini telah mendorong ilmuan untuk melihat perbaikan ke arah integrasi dan interkoneksi.
Mengingat tingkat kebutuhan manusia sangatlah beragam maka berkembanglah berbagai disiplin-disiplin ilmu
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Cara Kerja Ilmu Alam
2.      Bagaimana Cara Kerja Ilmu Sosial-Humaniora
3.      Bagaimana Cara Kerja Ilmu Agama

Tujuan
Memahami cara kerja ilmu alam
Memahami cara kerja ilmu sosial-humaniora
Memahami caara kerja ilmu agama



BAB II
PEMBAHASAN

Cara Kerja Ilmu-ilmu Alam
Ilmu-ilmu alam membatasi diri dengan hanya membahasgejala-gejala alam yang dapat diamati. Ilmu-ilmu alam bekembang pesat dalam sejarah perkembangan ilmu-ilmu. sebelum filsafat muncul sebagai tradisi keilmuan baru, ilmu fisika, matematika, kimia, dan astronomi di Yunani Kuno telah lama diperbincangkan manfaat yang dapat dirasakan manusia. Ilmu-ilmu  alam sangatlah penting bagi kehidupan manusia khususnya untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan material dan praktis. Jika dilihat dari sifat objeknya, cara kerja ilmu alam dapat dirangkum dengan prinsip prisip berikut:

Gejala alam bersifat fisik-statis
Dilihat dari segi namanya, ilmu-ilmu alam berkaitan dengan gejala-gejala alam. Ahli ilmu-ilmu alam berhubungan dengan gejala gejala alam yang sifatnya fisik yang teramati dan terukur. Dari sifatnya yang fisikal,terukur dan teramati, gejala-gejala alam memiliki sifat statis atau tetap dari waktu ke waktu. Karena statis jumlah variabel dari gejala alam sebagai objek yang diamati juga relatif lebih sederhana dan sedikit.
Objek penelitian dapat berulang
Objek gejala alam itu sendiri bersifat fisikal dan statis yang mana dapat diamati secara berulang-ulang dan tetap atau tidak mengalami perubahan. P enemuan-penemuan ilmuan pada jaman terdahulu, namun masih dapat diteliti ulang pada jaman sekarang, karena sifat-sifat gejala alam seragam dapat diamati kapanpun.
Pengamatan relatif lebih mudah dan simpel
Lebih mudah karena dapat dilakukan secara langsung dan dapat diulang kapanpun.  Maksudnya apabila ada seseorang yang melakukan pengamatan pada suatu objek akan lebih mudah, dan pastinya pengamatan tersebut dibantu dengan alat-alat teknologi masa kini. Sehingga kapanpun seseorang akan mengamati kembali dapat diulang lagi meskipun nanti hasilnya berbeda dengan yang awal. Meskipun secara umum centerung seragam dan objektif.
Subyek (Peneliti) lebih sebagai penonton
Orang yang melakukan pengamatan pada suatu objek, bersifat objektif dan kebenaran dari objek yang diamati. Pengamat  memperlihatkan hasil pengamatannya terhadap orang lain, tidak melibatkan subjektivitasnya. Sehingga nyata dari hasil yang dilakukan oleh pengamat terhadap suatu objek tertentu.
 Memiliki daya prediktif yang relative mudah dikontrol
Ilmu tidak memiliki sifat yang menarik apabila hanya mengumpulkan informasi  tentang gejala-gejala alam  semata kemudian membangun teori, ilmu tersebut seharusnya diketahui dan dirumuskan dalam teori untuk meprediksi kejadian-kejadian yang mungkin dapat muncul.

Cara Kerja Ilmu-ilmu Sosial Humaniora
Ilmu-ilmu sosial humaniora perkembangnya  tidak sepesat ilmu-ilmu alam, ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Objek kajiannya lebih dibalik yang fisik dan materi dan bersifat lebih kompleks. Ilmu-ilmu sosial humaniora  nilai manfaatnya tidak dapat langsung dirasakan karena harus berproses dalam wacana yang panjang dan memerlukan negoisasi, kompromi, dan konsesus.
Jika dilihat dari sifat objeknya,cara kerja ilmu sosial humaniora bisa dirangkum dalam prinsip-prinsip berikut:

Gejala sosial humaniora bersifat non fisik, hidup, dan dinamis
Gejala-gejala yang diamati bersifat hidup dan bergerak secara dinamis
Objek gejala ini adalah manusia yang lebih spesifik, sehingga dalam memahami manusia kita membutuhkan interaksi. Namun dalam ilmu kedokteran lebih menekankan dari apa yang ada didalam manusia.
Objek penelitian tidak dapat berulang
Gejala-gejalanya memiliki keunikan dan bergerak dan berubahnya sangat besar. Dikarenakan objek penelitian tidak bersifat statis dan stagnan. Masalah sosial dan kemanusiaan sering bersifat sangat spesifik dalam konteks historis tertentu, karena dilihat dari historial yang ada mereka berkembang mengikuti arus. Sama halnya  dengan masalah yang bersifat kompleks dan terus berkembang.
Pengamatan relatif lebih sulit dan kompleks
Pengamatannya adalah apa yang ada dibalik penampakan fisik manusia dan bentuk-bentuk hubungan sosialnya. Berkaitan dengan objek yang tidak bersifat statis. Dimana pemaknaan terhadap sesuatu memunculkan banyak makna.  Sehingga pengamatannya jauh lebih kompleks.
Subjek pengamat (peneliti)  juga sebagai bagian integral dari objek yang diamati.
Subjek yang mengamati dan objek yang diamati adalah manusia yang memiliki motif dan tujuan dalam setiap langkah lakunya, maka subjek yang mengamati tidak mungkin bisa mengambil jarak dari objek yang diamati dan menerapkan prinsip objektivistik, dan terlihat lebih ke prinsip subjektivistik. Objeknya merupakan manusia itu sendiri, Sehingga mencari kebenaran data dari objek tersebut lebih sulit, karena objek dari permasalahan ialah manusia.
Memiliki daya prediktif yang relatif lebih sulit dan tak terkontrol
Suatu teori sebagai hasil pengamatan sosial humaniora tidak serta merta bisa dengan mudah untuk memprediksikan kejadian sosial humaniora berikutnya pasti akan terjadi. Hal ini dikarenakan dalam ilmu sosial humaniora, pola-pola perilaku sosial humaniora yang sama belum tentu akan mengakibatkan kejadian yang sama.
Maksudnya adalah tidak dapat memprediksikan apa yang akan terjadi kedepannya, karena objeknya merupakan manusia. Sehingga kejadian-kejadian sosial terhadap masalah tersebut relatif.

Cara Kerja Ilmu-ilmu Agama
Ilmu-ilmu agama adalah juga suatu disiplin ilmu yang penting dalam kehidupan manusia. Barangkali ia berkembang sejak jaman dulu ketika manusia dihadapkan pada kekuatan-kekuatan adikodrati sebagai simbol spiritual. Oleh karena itu, ilmu-ilmu agama juga memiliki ciri ilmiah, dan sudah pasti ciri ilmiahnya memiliki kekhasan dibandingkan ilmu alam dan ilmu sosial humaniora, meski dalam tingkatan tertentu menunjukkan suatu kesamaan. Ciri tersebut tergambar pada cara keraja ilmu agama di bawah ini:
Gejala Keagamaan sebagai Ekspresi Keimanan dan Pemahaman atas Teks Suci
Gejala keagamaan jelas tampak pada perilaku-perilaku keagamaan orang beragama, dan pada karya-karya seni dan budaya meski intinya juga ekspresi dari penghayatan keagamaan orang beragama. Gejalanya  merupakan sesuatu yang bergerak, tidak statis. Dalam ilmu keagamaan, gejala keagamaan selalu merupakan ekspresi dari keimanan dan pemahaman dari keagamaan. Objek kajian dalam ilmu agama tidak jauh beda dengan objek ilmu sosial humaniora, yaitu manusia. Tetapi dalam ilmu agama lebih spesifik lagi yang , yaitu manusia beragama dan lebih fokus pada inner worldnya yang sudah pasti yang dimaksud di sini adalah aspek keimanan teologisnya, seperti paham ketuhanannya dan implikasinya pada perilaku sosial kemanusiaannya, dan pemahaman keagamaan yang dibangun oleh manusia beragama.
Objek Penelitian Unik dan Tak Bisa Diulang
Objek penelitian unik karena menyangkut keyakinan keagamaan. Keyakinan keagamaan dalam ilmu agama dijadikan sumber pengamatan mengapa muncul perilaku sosial orang tertentu beragama. Ini berarti yang menjadi objek penelitian ilmu-ilmu agama adalah menyangkut perilaku orang yang beragama dan juga teks-teks suci keagamaan yang diyakini orang beragama. Sebagaimana tercermin dalam perilaku keagamaan orang beragama pada kurun waktu dan tempat tertentu tidak mungkin bisa direkonstruksikan orang sesudahnya persis kejadian pada awalnya. Jelas berbeda dengan mengamati benda-benda mati.
Pengamatan Sulit dan Kompleks dengan Interpretasi Teks-teks Suci Keagamaan
Pengamatan dalam ilmu agama sulit dan kompleks, karena melihat dan memaknai apa yang ada dibalik kegiatan dan perilaku fisik dan empiris manusia beragama. Karena kegiatan tersebut adalah bentuk ekspresif dari keimanan mereka pada Tuhan sebagai hasil pemahaman mereka terhadap teks-teks suci yang diyakini , pengamatan dalam ilmu agama juga harus “menyelami” dan menginterpretasikan item-item dalam teks-teks suci terkait dengan fenomena kegiatan dan perilaku manusia beragam yang bisa ditangkap.
Subjek Pengamat juga sebagai Bagian Integral dari Objek yang Diamati
Pengamat dalam ilmu agama tidak bisa dilepaskan dan merupakan bagian integral dari objek yang diamati adalah aktivitas-aktivitas keagamaan. Bahkan ketika mengkaji teks-teks keagamaan hasil interpretasi atas teks-teks suci, seorang pengamat pasti juga terlibat secara emosonal dan rasinal dala memahami dan menyimpulkan makna mereka.
Memiliki Daya Prediktif yang Relatif Lebih Sulit dan Tak Terkontrol
Sebuah teori sebagai hasil pengamatan terhadap aktivitas-aktivitas keagamaan tidak serta merta bisa dengan mudah meramalkan aktivitas-aktifitas keagamaan lainnya yang akan terjadi. Hal ini dikarenakan dalam ilmu agama, pola-pola perilaku keagamaan yang sama belum tentu akan mengakibatkan kejadian-kejadian berikutnya yang sama. Meskipun demikian, bukan berarti hasil temuan dalam ilmu agama tidak bisa dipakai sama sekali untuk meramalkan kejadian-kejadian yang bersifat religius lain sebagai akibatnya dalam waktu dan tempat yang berlainan, tetap bisa tetapi tidak mungkin sepasti dan semudah dalam ilmu-ilmu alam. Dalam ilmu agama harus dipertimbangkan keragaman dan pemahaman orang-orang beragama terhadap ajaran agama mereka, dan hal ini menambah daya prediktif ilmu-ilmu agama semakin sulit untuk dipastikan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Cara kerja ilmu yang telah dibahas oleh tersebut memberikan pandangan berbeda terhadap suatu bidang ilmu secara berbeda. Setiap disiplin ilmu mempunyai cara kerja yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, perbedaan itu bisa dilihat dari objek yang diamati dan kebenarannya dalam mengkaji objek kajian tersebut. Sehingga, pengubahan pandangan dan cara berfikir mulai muncul. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan tujuan dari ilmu itu sendiri. Ilmu-ilmu ini tidak dapat berkembang secara sendiri, tetapi juga membutuhkan pelengkap dari ilmu-ilmu lain. Ilmu-ilmu lain melengkapi antara keterkaitan tersebut.
Dalam ilmu alam, objek yang dikaji adalah benda mati, pengamatannya bisa dilakukan berulang-ulang dan kebenarannya bisa dilihat pada sebuah penelitian yang dilakukan. Lain halnya dengan ilmu sosial humaniora, karena objek yang dikaji adalah manusia yang mana bisa berubah-ubah dalam setiap waktunya, sehingga kebenarannya tidak hanya bisa dilihat dari sebuah pengamatan karena manusia sendiri sebagai objek kajian dalam ilmu sosial humaniora dalam melakukan aktivitasnya mempunyai arti yang bervariasi, sehingga hasil pengamatannya menghasilkan beberapa hasil yang bervariasi juga. Berbeda juga dengan ilmu agama, yang dikaji adalah melihat dan memaknai apa yang ada dibalik kegiatan dan perilaku fisik dan empiris manusia beragama. Karena kegiatan tersebut adalah bentuk ekspresif dari keimanan mereka pada Tuhan. Dimana objek membutuhkan cara kerja ilmu-ilmu tersebut








DAFTAR PUSTAKA

Ghazali Bachri, Usman dan Alim Ruswantoro. 2005. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Jujun S. Suriansumantri. 2012. Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, cet. Ke-18. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia.



MAKALAH FILSAFAT ILMU (cara kerja ilmu-ilmu alam, sosial-humaniora, dan agama

Posted by : Unknown 0 Comments
CONTOH ESAI BAHASA INDONESIA



Artikel kali akan membahas tentang contoh esai singkat yang bisa Anda jadikan referensi. Berikut contohnya

Kasih Sayang yang Telah Berubah Menjadi Pembullyan
Irhamna Addaafi’alqodiyah
     Bullying sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, namun kasus  ini akan terus berulang dan dapat menimbulkan permasalahan. Pembullyan tak henti-hentinya dilakukan oleh kalangan terpelajar, anak-anak dan remaja pun kerap menjadi pelaku sekaligus korban tindakan tersebut, bahkan seorang berkebutuhan khusus yang seharusnya perlu mendapat perhatian justru kerap menjadi sararan.
     Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kemensos Sosial Nahar mengatakan bahwa sekitar 177  kasus pembullyan hingga Juli 2017 dan kasus ini meningkat dibandingkan tahun lalu. Angka tersebut sudah masuk dalam kategori mengkhawatirkan dan tingkatannya sudah cukup tinggi di Indonesia. Untuk mengetahui permasalahan di atas, berikut ini ada beberapa faktor yang membahas tentang faktor penyebab terjadinya pembullyan.
     Yang pertama adalah perasaan yang muncul dalam diri sendiri bisa timbul karena kecemasan, persaingan, perasaan dendam, pola berpikir yang belum matang merupakan pemicu dalam diri seseorang yang dapat membangkitkan keinginan bullying dan tidak berpikir bahwa tindakannya tersebut akan melukai fisik ataupun jiwa seseorang.
     Kedua, faktor keluarga seperti kurangnya kepedulian orang tua, pola asuh yang terlalu keras, bahkan tak jarang banyak anak yang kurang pengawasan dari orang tua dan cenderung bebas terhadap apa yang akan dilakukannya, karena pola pikir anak-anak masih sangat terbatas.
     Oleh karena itu tindakan pencegahan pembullyan harus lebih diarahkan agar tidak mencoreng sifat kemanusiaan pada diri seseorang dan tanpa mengganti perasaan kasih sayang menjadi sebuah penghinaan.

Esai : Kasih Sayang yang Telah Berubah Menjadi Pembullyan

Posted by : Unknown 0 Comments

Sejarah
1951-1960
Periode Rintisan
 Periode ini dimulai dengan Penegerian Fakultas Agama Universitas Islam  Indonesia (UII) menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) yang diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 1950 Tanggal 14 Agustus 1950 dan Peresmian PTAIN pada tanggal 26 September 1951. Pada Periode ini, terjadi pula peleburan PTAIN (didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 1950) dan ADIA (didirikan berdasarkan Penetapan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1957) dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 Tanggal 9 Mei 1960 tentang Pembentukan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dengan nama Al-Jami'ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. pada periode ini, PTAIN berada di bawah kepemimpinan KHR Moh Adnan (1951-1959) dan Prof. Dr. H. Mukhtar Yahya (1959-1960)

1960-1972
Periode Peletakan Landasan
 Periode ini ditandai dengan Peresmian IAIN pada tanggal 24 Agustus 1960. Pada periode ini, terjadi pemisahan IAIN. Pertama berpusat di Yogyakarta dan kedua, berpusat di Jakarta berdasarkan Keputusan Agama Nomor 49 Tahun 1963 Tanggal 25 Februari 1963. Pada periode ini, IAIN Yogyakarta diberi nama IAIN Sunan Kalijaga berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 26 Tahun 1965 Tanggal 1 Juli 1965. Pada periode ini telah dilakukan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, dimulai dengan pemindahan kampus lama (di Jalan Simanjuntak, yang sekarang menjadi gedung MAN 1 Yogyakarta ) ke kampus baru yang jauh lebih luas (di Jalan Marsda Adisucipto Yogyakarta). Sejumlah gedung fakultas dibangun dan di tengah-tengahnya dibangun pula sebuah masjid yang masih berdiri kokoh. Sistem pendidikan yang berlaku pada periode ini masih bersifat 'bebas' karena mahasiswa diberi kesempatan untuk maju ujian setelah mereka benar-benar mempersiapkan diri. Adapun materi kurikulumnya masih mengacu pada kurikulum Timur Tengah (Universitas Al-Azhar, Mesir) yang telah dikembangkan pada masa PTAIN. Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga berada di bawah kepemimpinan Prof. RHA Soenarjo, SH (1960-1972).

1972-1996
Periode Peletakan Landasan Akademik

  Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga dipimpin secara berturut-turut oleh Kolonel Drs. H. Bakri Syahid (1972-1976), Prof. H. Zaini Dahlan, MA (selama 2 masa jabatan: 1976-1980 dan 1980-1983), Prof. Dr. HA Mu'in Umar (1983-1992) dan Prof. Dr. Simuh (1992-1996). Pada periodeini, pembangunan sarana prasarana fisik kampus meliputi pembangunan gedung Fakultas Dakwah, Perpustakaan, Program Pascasarjana, dan Rektorat dilanjutkan. Sistem pendidikan yang digunakan pada periode ini mulai bergeser dari 'sistem liberal' ke 'sistem terpimpin' dengan mengintrodusir 'sistem semester semu' dan akhirnya 'sistem kredit semester murni'. Dari segi kurikulum, IAIN Sunan Kalijaga telah mengalami penyesuaian    yang radikal dengan kebutuhan nasional bangsa Indonesia. Jumlah fakultas bertambah menjadi 5 (lima); yaitu Fakultas Adab, Dakwah, Syari'ah, Tarbiyah dan Ushuluddin. Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga dibuka pada periode ini, tepatnya pada tahun akademik 1983/1984. Program Pascasarjana ini telah diawali dengan kegiatan-kegiatan akademik dalam bentuk short courses on Islamic studies dengan nama Post Graduate Course (PGC) dan Studi Purna Sarjana (PPS) yang diselenggarakan tanpa pemberian gelar setingkat Master. Untuk itu, pembukaan Program pAscasarjana pada dasawarsa delapan puluhan tersebut telah mengukuhkan fungsi IAIN Sunan Kalijaga sebagai lembaga akademik tingkat tinggi setingkat di atas Program Strata Satu.

1996-2001
Periode Pemantapan Akademik dan Manajemen

 Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga berada di bawah kepemimpinan Prof. Dr. HM. Atho Mudzhar (1997-2001). Pada periode ini, upaya peningkatan mutu akademik, khususnya mutu dosen (tenaga edukatif) dan mutu alumni, terus dilanjutkan. Para dosen dalam jumlah yang besar didorong dan diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi, baik untuk tingkat Magister (S2) maupun Doktor (S3) dalam berbagai disiplin ilmu, baik di dalam maupun di luar negeri. Demikian pula peningkatan sumber daya manusia bagi tenaga administratif dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen dan pelayanan administrasi akademik. Pada periode ini, IAIN Sunan Kalijaga semakin berkonsentrasi untuk meningkatkan orientasi akademiknya dan mengokohkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan tinggi. Jumlah tenaga dosen yang bergelar Doktor dan Guru Besar meningkat disertai dengan peningkatan dalam jumlah koleksi perpustakaan dan sistem layanannya.

2001-2010
Periode Pengembangan Kelembagaan

 Periode ini dapat disebut sebagai 'Periode Trasformasi', karena, pada periode ini telah terjadi peristiwa penting dalam perkembangan kelembagaan pendidikan tinggi Islam tertua di tanah air, yaitu Transformasi Institut Agama ISlam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 2004 Tanggal 21 Juni 2004. Deklarasi UIN Sunan Kalijaga dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2004. Periode ini di bawah kepemimpinan Prof. Dr. HM. Amin Abdullah (2001-2005) dengan Pembantu Rektor Bidang Akademik Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, MA., Ph.D, Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum Drs. H. Masyhudi, BBA, M.Si. dan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Prof. Dr. H. Ismail Lubis, MA (Almarhum) yang kemudian digantikan oleh Dr. Maragustam Siregar, MA.
Pada periode kedua (2006-2010) dari kepemimpinan Prof. Dr. HM. Amin Abdullah telah dibentuk Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama. Dengan ditetapkannya keberadaan Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama, maka kepemimpinan UIN Sunan Kalijaga pada periode kedua ini adalah sebagai berikut : PEmbantu Rektor Bidang Akademik, Dr. H. Sukamta, MA, Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum, Dr. H. Tasman Hamami, MA, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr. Maragustam Siregar, MA, dan Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama dijabat oleh Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, MA.
Perubahan Institut menjadi universitas dilakukan untuk mencanangkan sebuah paradigma baru dalam melihat dan melakukan studi terhadap ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, yaitu paradigma Integrasi interkoneksi. Paradigma ini mensyaratkan adanya upaya untuk mendialogkan secara terbuka dan intensif antara hadlarah an-nas, hadlarah al-ilm, dan hadlarah al-falsafah. Dengan paradigma ini, UIN Sunan Kalijaga semakin menegaskan kepeduliannya terhadap perkembangan masyarakat muslim khususnya dan masyarakat umum pada umumnya. Pemaduan dan pengaitan kedua bidang studi yang sebelumnya dipandang secara dimatral berbeda memungkinkan lahirnya pemahaman Islam yang ramah, demokratis, dan menjadi rahmatan lil 'alamin.

2010-2014
Periode
Kebersamaan dan Kesejahteraan
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor : B.II/3/16522/2010 Tanggal 6 Desember 2010, Guru Besar Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam diberi tugas tambahan sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta masa jabatan 2010-2014. Periode di bawah kepemimpinan Prof. Dr. H. Musa Asy’arie dibantu oleh empat Pembantu Rektor yaitu:  Pembantu Rektor Bidang Akademik Dr. Sekar Ayu Aryani, M.Ag., Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum Prof. Dr. H. Nizar, M.Ag,. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Dr. H. Ahmad Rifai,. M.Phil., dan Pembantu Rektor Bidang Kerjasama, Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, M.A.
Seiring dengan perkembangan jaman dan dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan tinggi, dinilai organisasi tata kerja Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta perlu ditata kembali. Oleh karena itu, Organisasi Tata Kerja Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga mengalami perubahan berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 26 Tahun 2013. Sesuai dengan Organisasi Tata Kerja Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yang baru, dalam melaksanakan tugasnya, Rektor  dibantu oleh tiga Wakil Rektor yaitu: Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Dr. Sekar Ayu Aryani, M.Ag., Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Prof. Dr. H. Nizar, M.Ag.,dan wakil Rektor Bidang Kelembagaan dan Kerja sama Dr. H. Maksudin, MA.

Sumber : http://uin-suka.ac.id/page/universitas/1-sejarah

SEJARAH KAMPUS KEBANGGAAN (UIN SUNAN KALIJAGA)

Posted by : Unknown 0 Comments

- Copyright © Irhamna Addaafirst - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -